Apa Yang Telah Ibu/Bapak Pahami Tentang Berpikir Berbasis Kekurangan/Masalah Dan Pemikiran Aset/Kekuatan?
Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan, paradigma berpikir berbasis kekurangan/masalah telah menjadi landasan pemikiran yang dominan selama bertahun-tahun. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terdapat pergeseran menuju pendekatan yang lebih positif dan berorientasi pada kekuatan, yang dikenal sebagai berpikir aset/kekuatan. Apa perbedaan antara kedua pendekatan ini, dan mana yang lebih efektif dalam membantu siswa mencapai prestasi akademik?Berpikir Berbasis Kekurangan/Masalah
Berpikir berbasis kekurangan/masalah berfokus pada mengidentifikasi dan memperbaiki kelemahan dan kekurangan individu. Pendekatan ini berasumsi bahwa siswa perlu memperbaiki kekurangan mereka agar dapat berhasil secara akademis. Guru yang menggunakan pendekatan ini cenderung menekankan kesalahan siswa dan memberikan kritik yang membangun.
Meskipun berpikir berbasis kekurangan/masalah dapat membantu mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, pendekatan ini juga dapat memiliki sejumlah kelemahan. Pertama, pendekatan ini dapat membuat siswa merasa dihakimi dan tidak mampu. Kedua, pendekatan ini dapat mengarah pada siklus negatif dari kritik dan keraguan diri. Ketiga, pendekatan ini dapat mengalihkan perhatian dari kekuatan dan bakat siswa.
Berpikir Aset/Kekuatan
Berpikir aset/kekuatan berfokus pada mengidentifikasi dan membangun kekuatan dan bakat individu. Pendekatan ini berasumsi bahwa siswa sudah memiliki sumber daya dan kemampuan yang dapat mereka gunakan untuk berhasil secara akademis. Guru yang menggunakan pendekatan ini cenderung menekankan kekuatan siswa dan memberikan dukungan dan dorongan.
Berpikir aset/kekuatan memiliki sejumlah manfaat dibandingkan berpikir berbasis kekurangan/masalah. Pertama, pendekatan ini dapat membantu siswa membangun kepercayaan diri dan motivasi. Kedua, pendekatan ini dapat membantu siswa mengidentifikasi dan mengembangkan kekuatan mereka. Ketiga, pendekatan ini dapat mengarah pada siklus positif dari dukungan dan kesuksesan.
Mana yang Lebih Efektif?
Penelitian telah menunjukkan bahwa berpikir aset/kekuatan lebih efektif daripada berpikir berbasis kekurangan/masalah dalam membantu siswa mencapai prestasi akademik. Misalnya, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Pennsylvania menemukan bahwa siswa yang menerima intervensi berbasis kekuatan menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam nilai, motivasi, dan kepercayaan diri dibandingkan siswa yang menerima intervensi berbasis kekurangan.
Berdasarkan bukti yang ada, jelas bahwa berpikir aset/kekuatan adalah pendekatan yang lebih efektif untuk membantu siswa mencapai prestasi akademik. Pendekatan ini membantu siswa membangun kepercayaan diri, mengidentifikasi kekuatan mereka, dan mengembangkan siklus positif dari dukungan dan kesuksesan.
Kesimpulan
Pergeseran dari berpikir berbasis kekurangan/masalah ke berpikir aset/kekuatan merupakan perkembangan positif dalam dunia pendidikan. Pendekatan yang lebih positif dan berorientasi pada kekuatan ini telah terbukti lebih efektif dalam membantu siswa mencapai prestasi akademik. Sebagai guru, kita harus berusaha untuk menciptakan lingkungan belajar yang memelihara dan memberdayakan siswa, yang memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi dan mengembangkan kekuatan mereka sendiri.
Apa Yang Telah Ibu/Bapak Pahami Tentang Berpikir Berbasis Kekurangan/Masalah Dan Pemikiran Aset/Kekuatan?
Komentar